BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG DARAT (ipomea reptans poir) SKALA RUMAHAN


Tanaman kangkung (ipomea reptans) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam oleh para petani baik dengan skala kecil ataupu besar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pertumbuhan ekonomi masyarakat sangat ditentukan oleh upaya peningkatan produktifitas komoditas pertanian. Komoditas sayuran sangat penting untuk dibudidayakan di Indonesia karena merupakan komoditas yang memiliki potensi unggul sebagai bahan makanan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarkat serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Komoditas sayuran semakin penting karena berkenaan pula dengan kecenderungan peminat yang semakin tinggi setiap tahunnya, seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Komoditas sayuran sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan pendapatan para petani jika dilakukan budidaya tanaman dengan teknik yang baik dan tepat (Darwis dan Muslim, 2013). Salah satu komoditas sayuran yang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah tanaman kangkung. Tanaman kangkung tergolong jenis sayuran yang sangat populer dalam masyarakat. Tanaman ini berasal dari india yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung yang dikenal dengan nama latin (Ipomoea reptans ) terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung darat (Ipomea reptans poir) dan kangkung air (Ipomoea aquatica). Perbedaan utama dua jenis kangkung ini adalah pada bentuk daun dan warna bunga. Kangkung darat berwarna hijau terang dengan ujung daun yang runcing. Warna bunga kangkung darat putih. Sedangkan kangkung air daunnya berwarna hijau agak gelap dengan ujung yang membulat atau lebih tumpul sehingga terlihat lebih lebar (Haryoto, 2009).

Varietas tanaman kangkung yang dibudidayakan di rumah dengan pengkonsepan sederhana merupakan tanaman kangkung darat (Ipomea reptans poir). Pengolahan lahan merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan dalam melakukan budidaya sebelum melakukan penanaman, pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan rerumputan yang ada di atas lahan yang akan digunakan dengan menggunakan kored. Setelah lahan yang akan digunakan bersih dari rerumputan atau gulma yang tumbuh, lahan dicangkul menggunakan cangkul dengan membentuk sebuah bedengan yang berukuran 400cm x 75 cm atau 4mx 0.75m. setelah membentuk sebuah bedengan, lahan diberi pupuk kandang sebanyak 6kg dengan komposisi pupuk yaitu kotoran kambing yang dicampur sekam padi dengan perbandingan 1:1.

Anjuran penggunaan pupuk kandang untuk tanaman kangkung menurut literature yaitu 20 ton/ha, maka jika pada luasan lahan 4mx0.75m yaitu:
20 ton = 20000 kg, 1ha = 10000
20000 kg/10000m*X*x/3 m, X=60000 kg/10000m* 6kg/3m
Pupuk kandang ditabur diatas bedengan yang akan ditanami kangkung darat, kemudian diaduk atau diratakan menggunakan cangkul. Setelah pemberian pupuk selesai, bedengan ditugal menggunakan tugal manual(kayu) untuk membuat lubang tanam. Jarak tanam pada tanaman kangkung yaitu 15cmx15cm dan setiap lubang tanam di beri benih 2-3 benih, lubang tanam yang telah di beri benih ditutup kembali. Perkembangan tanaman kangkung dalam kurun waktu 5 hari yaitu terdapat beberapa tanaman kangkung yang sudah tumbuh dengan tanaman yang paling tinggi adalah 3cm.

Tanaman kangkung tergolong jenis sayuran yang sangat populer dalam masyarakat. Kangkung dapat di tanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian, syarat tumbuh teknik budidaya, dan pemeliharaan tanaman kangkung tetap harus diperhatikan, karena tanaman akan menghasilkan hasil yang baik atau optimal jika syarat tumbuh nya terpenuhi, teknik budidayanya dilakukan dengan benar dan tepat, serta pemeliharaan yang dilakukan juga maksimal.


Siska Agustin 
1177060078

Referensi :
Djuariah, D. 1997. Evaluasi plasma nutfah kangkung di dataran medium Rancaekek. Jurnal
Hortikultura 7(3):756-762.
Hartiningsih. 1982. Daya hasil lima varietas kangkung dan produksi benihnya. Buletin Penelitian Hortikultura IX(4):25-29.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar